Terlebih
saat ini, tantangan yang dihadapi anak dalam masa tumbuh kembangnya
luar biasa berat. Tak hanya dari lingkungan pergaulan, juga pengaruh
media masa dan teknologi informasi global. Jelas, butuh perhatian ekstra
bagi orang tua dalam membimbing dan mengawasi putra - putrinya.
Memang,
saat anak beranjak remaja, orang tua cenderung dicuekin anak. Ya, dulu,
ketika masih kanak - kanak, anak-anak menghujani orang tua dengan
banyak pertanyaan. Begitu mulai menginjak baligh, sepertinya anak
menjaga jarak dengan orang tua. Orang tua bertanya, dijawab singkat dan
ketus. Terkadang hari–hari pun terlewat tanpa komunikasi berarti antara
anak dan orang tua.
Padahal,
di luar sana, anak–anak menyerap banyak pelajaran yang bisa jadi
membawa dampak buruk bagi dirinya. Seperti penanaman pola pikir yang
salah, pergaulan yang bebas, nilai-nilai kehidupan yang menyesatkan,
dll. Tanpa komunikasi, orang tua menjadi tidak tahu apa saja yang sudah
tertanam di benak si anak; apa saja yang dipikirkan anak; bagaimana si
anak menilai dirinya dan memandang masa depan; apa saja sepak terjang si
anak selama jauh dari orang tua; siapa saja teman-teman si anak, dan
seterusnya.
Untuk itu, membangun komunikasi efektif antara orang tua dengan anak sangat penting. Caranya, antara lain sebagai berikut:
1. Agresif memulai percakapan.
Tentunya
tidak dengan nada interogasi, tapi memancing anak supaya mau berbagi
cerita. Ciptakan suasana di mana anak merasa nyaman dan senang berbagi
(sharing) dengan orang tua. Tak hanya saat bertemu, saat berpisah -
misal ortu kerja dan anak sekolah – tetaplah terhubung dengan hanphone
misainya, untuk menyakan kabar si anak. Tentunya tidak pada jam
pelajaran dan juga tidak terlalu sering agar anak tidak merasa selalu
diawasi orangtua.
2. Jadi pendengar yang baik.
Terkadang
anak malas berbagi dengan orang tua, karena kurang didengar. Saat anak
bercerita hanya ditanggapi sambil lalu. Misal ibu sambil memasak, ayah
sambil baca koran. Hal ini tertanam di benak anak, bahwa orang tua tidak
butuh ceritanya. Karena itu, berhentilah sejenak, pandang dan dengarkan
anak bicara.
3. Menyesuaikan diri.
Selama
beberapa tahun, metode pengasuhan Anda terhadap anak ibarat jalan tol
mulus. Namun saat anak beranjak dewasa, jalan itu seolah berbelok tajam.
Orang tua pun harus 'banting setir' dengan menyesuaikan teknik mendidi
anak.
4. Mencari waktu tepat.
Jangan
lewatkan kesempatan seperti makan bersama, shalat berjamaah, tadarus
usai shalat atau pengajian rumah untuk saling berkomunikasi. Di saat -
saat itu seluruh anggota keluarga biasakan saling membicaraka, apa yang
sudah dialaminya seharian. Jadi, tak hanya tidak hanya anak yang
dituntut bercerita, orang tua pun harus berbagi, tentunya dengan bahan
obrolan sesuai pemahaman anak.
5. Membuat acara bersama.
Sekali-kali
keluarga perlu jalan-jalan bersama. Bukankah begitu beranjak dewasa si
kecil agak susah diajak ke mana - ¬mana? Nah, acara keluarga ini bisa
dijadikan kesempatan untuk makin mendekatkan hubungan antara anak dan
orang tua. Dengan begitu anak merasa nyaman dan mepercayakan segala hal
pada orang tuanya tanpa ada jarak.
6. Intip aktivitas anak.
Sekali
waktu, tanpa sepengetahuan anak, selidiki siapa teman-temannya, buku
apa yang ia baca, SMS-SMS di HP-nya, nomor telepon teman - ¬temannya.
Tidak untuk Anda diskusikan dengan anak, cukup menjadi rahasia Anda.
[MU Edisi 49, Muslimah. Kholda]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar