Finlandia tidaklah mengenjot
siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan,
menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai
tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak
lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun,
dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam
perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finnlandia,
yang siswanya menghabiskan 50 jam perminggu
Lalu apa dong kuncinya? Ternyata
kuncinya memang terletak pada kualitas gurunya. Guru-guru Finlandia
boleh dikata adalah guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan
terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai,
meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik
biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah
pendidikan dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima, lebih ketat
persaingainnya ketimbang masuk ke fakultas bergengsi lainnya seperti
fakultas hukum dan kedokteran! Bandingkan dengan Indonesia yang
guru-gurunya dipasok oleh siswa dengan kualitas seadanya dan dididik
oleh perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula.
Dengan kualitas mahasiswa
yang baik dan pendidikan dan pelatihan guru yang berkualitas tinggi tak
salah jika kemudian mereka dapat menjadi guru-guru dengan kualitas
yang tinggi pula.
Spoiler untuk gambar:
Dengan kompetensi tersebut mereka
bebas untuk menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka, dengan
kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka pilih
sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi
siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan,
mereka justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan
tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita cenderung
mengajar siswa untuk lolos ujian, ungkap seorang guru di Finlandia.
Padahal banyak aspek dalam
pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian. Pada usia 18 th siswa
mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi
dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Spoiler untuk gambar:
Siswa diajar untuk mengevaluasi
dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK! Inimembantu siswa belajar
bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala
sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. Dan kalau mereka
bertanggungjawab mereka akan bekeja lebih bebas. Guru tidak harus
selalu mengontrol mereka.
Siswa
didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari
sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika
mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak
belajar apa-apa kalau kita tinggal menuliskan apa yang dikatakan oleh
guru. Disini guru tidak mengajar dengan metode ceramah, Kata Tuomas
Siltala, salah seorang siswa sekolah menengah. Suasana sekolah sangat
santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan
rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan, sambungnya.
Siswa
yang lambat mendapat dukungan yang intensif. Hal ini juga yang membuat
Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di
Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan
yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD.
Remedial tidaklah dianggap
sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki.
Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa
membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan
tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas;
kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau
mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang
penting mereka berusaha.
Para guru sangat menghindari kritik
terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan
“Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan
jika ermeka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap
siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta
membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan
siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa
diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing.
Ranking-rankingan hanya
membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang
dianggap terbaik di kelasnya. Kehebatan sistem pendidikan di Finlandia
adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi, kesabaran,
toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab
pribadi. Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, kata seorang
guru, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya!
Benar-benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar